Saturday, May 31, 2025

The Beginning

     Cerita ini adalah dari pengalaman pribadi aku & kakaku sendiri. jika ada kisah dari orang lain diinternet yang mirip dengan kisah kami itu diluar unsur kesengajaan. Selamat membaca. 

     Pada tahun 1996 kakakku ± berumur 3 atau 4 tahun dan umurku 1 stengah tahun, di sore hari sekitar pukul 17:00 wib kakakku bermain dengan 2 temannya (Vicky & Harry) didampingi oleh ibuku yang menggendong aku dan ibu dari teman kakakku Harry yang sedang mengobrol. Matahari mulai tenggelam, kakakku dan teman-temannya bertiga memasuki gang/lorong kecil penghubung jalan raya dan 3 rumah kami, lorong itu gelap dan lembab sepanjang lorong mreka bercanda dan ketika didepan rumah salah satu tetangga kami kakakku melihat ada sosok menyerupai bantal guling yang terduduk diatas atap rumah,
 "apa ibumu menjemur guling? Ini sudah sore kenapa tidak di angkat?" tanya kakakku sambil menunjuk atap rumah itu pada Harry

"ibuku tidak menjemur guling" Harry  menjawab
"tidak ada apa-apa disana" tambah ibunya Harry

Tidak sampai 5 menit "guling" itu menghilang

     Waktupun berjalan cepat aku berumur 7 tahun, pagi hari aku bermain dengan saudari Vicky yaitu filda, bentuk  rumah kami seperti simbol + (atas ada pohon tinggi yg cukup rimbun. kiri rumah keluarga vicky & filda. Bawah rumahku 2 lantai *bukan artinya aku sombong karena ada cerita dilantai 2 rumahku*. Kanan rumah keluarga Harry) hanya buka pintu bisa langsung bertemu kebetulan juga ayah filda juga seorang peternak ayam & burung jadi di belakang rumah kami penuh dengan kandang dan pepohonan, sebelum kami berdua main Filda ingin aku tunggu dibelakang rumah untuk ambil sesuatu

"tunggu disini ya, aku masuk sebentar" kata Filda 
"iya jangan lama" balasku

5 menit kemudian, aku hanya bersandar ditembok rumah harry. Aku dengar ada yang memanggil dan mengajaku main tapi aku sadar tidak ada orang lain di sekitar rumah, aku tidak berani untuk menoleh keatas pohon tinggi ataupun keatas rumahku. Lama-lama aku mendengar

"main denganku saja, kamu tidak akan kesepian" 
Aku dengan rasa penasaran memberanikan diri menoleh keatas pohon tinggi itu.

Sosok yangku lihat jelas menjadi mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Aku hanya tertunduk lemas berharap temanku keluar dari rumahnya dan memaksa aku untuk keluar dari tempat itu, dan benar saja tidak butuh waktu lama dia keluar dan menyeret tanganku keluar dari tempat itu, aku merasa lega sesaat.

     Masih saatku kecil suatu sore aku diajak ayahku jalan-jalan di sekitar tempat industri, di bawah pohon kami duduk & menikmati angin sore hari, aku menanyakan 1 hal yang ada di benakku sepenasarannya anak kecil akan hal yg menariknya "ayah apa hantu itu ada?" tanyaku. "ya mereka memang ada, tapi jangan mengakui keberadaannya dengan cara berlebihan" jawab ayahku
Setelah percakapan singkat itu kami kembali pulang, malam menjelang aku, kakakku dan kedua orangtuaku ada dilantai 2 aku menonton kakakku bermain Playstation semakin malam aku makin terkantuk ayahku memindahkanku ke kamar. Aku tertidur lelap tapi lama kelamaan aku bermimpi yang membuatku tidak nyaman aku membuka mata tidak ada yang berbeda dari mimpi dan kenyataan, ya ada sosok putih berambut panjang kukunya juga panjang menggaruk 2 kakiku sampai ada bekas baretan panjang. Aku takut tapi tidak bisa teriak tidak bisa berontak sampai aku tertidur lagi dan pagi hari pun aku termenung menatap keluar jendela aku tidak lihat apa-apa tapi ketakutan tadi malam masih sangat berbekas sampai akhirnya aku lari turun. 

     Sempat aku bertamu dengan ayahku ke salah satu rumah orang yang berpengaruh di tempatku selayaknya anak kecil yang penasaran apakah ada orang di rumah? Aku mengintip di jendela lebar hampir selebar pintu samping pintu utama awalnya aku hanya lihat foto monalisa di dinding tapi tidak lama setelahnya ada sosok yang loncat kedepan mataku sontak aku kaget dan syukurnya tuan rumah pun keluar. 

Setiap hari aku jalani seperti biasanya, waktu berjalan dengan cepat umurku 9-12 tahun kejadian janggal sering aku hadapi terutama di sekolah dasarku pada saat itu aku kelas 6 SD, sekolahku bukan sekolah swasta melainkan sekolah negeri bangunannya pun baru di renovasi aku sering lihat sosok di tempat yang lembab tidak jarang mereka menampakan diri di kelas dan kamar mandi. 

     Pernah suatu pagi di sekolah hanya aku & pedagang yg datang murid lain belum datang. aku iseng ke salah satu rumah kosong di samping sekolah, antara sekolah & rumah itu hanya di pisahkan oleh tembok beton aku mengintip dari luar jendela dan benar aku dikagetkan oleh sosok hitam yang mengintip balik dari dalam rumah itu. 

     Sejak aku bisa melihat mereka yang tak kasat mata perilaku aku pun berubah dimata orang tua. Aku sering menyisir rambut sangat lama ke samping kiri atau kanan, aku mandi juga lama seperti ada teman bermain tapi aku tidak pernah kerasukan semua aku jalani dengan sadar. Ibuku yang masih percaya dengan ajaran agama buddha mengajakku di malam-malam tertentu ke Vihara/kelenteng keluargaku dicikarang, sepanjang perjalanan yang ku lihat adalah rumah kosong dan penghuninya, penglihatanku bagaikan tersedot dipaksa masuk ke dalam setiap rumah. Sampainya dikelenteng kemungkinan jam 16:00 wib jantungku rasanya mau lepas, napasku seperti habis lari 10 kali putaran marathon. Apakah aku tenang dikelenteng? Tentu tidak. Tempat itu bukan jawabannya alasannya knp? Ada di gambar

Banyak saudaraku dari luar kota yang datang di malam besar itu semua bibi/paman dan anak-anaknya bermain dan mengobrol, aku hanya menonton sambil berdiri, saudaraku yg sedang main berbentuk lingkaran dan ada juga yang baru datang lalu langsung sembahyang lalu tak lama setelah selesai sembahyang disuguhkan makanan oleh sepupuku. Disisi lain pamanku (dari keluarga mamaku) lihat ada yg tidak beres dengan fisikku, dia pegang 2 tanganku yang sangat dingin (menurutku itu pengaruh cuaca atau juga aku belum makan) tidak lama pamanku mengadakan pemanggilan dewa & aku di periksa, aku hanya diam dan mendengarkan sang mediator (saudaraku yg dirasuki dewa tanah) beliau berkata  "anak ini di sukai oleh sosok kuntilanak, jangan sampai sendirian, jangan tidur di lantai 2 rumah, jangan menyisir rambut lama-lama (karena itu ciri khas sosok kuntilanak), siapkan dupa dan kelapa muda dijemuran belakang lt. 2" setelah aku diperiksa kakakku diberi penjaga dengan cara ditulislah badannya pakai tinta. Jam sudah menunjukkan jam 12 malam acara besar yg ditunggu pun mulai, semua mediator di rasuki para dewa sampai aku juga takut mendekat dan tidak berani melamun. Depan mataku semuanya memuji menyembah dewa, sedangkan dibelakangku aku bisa merasakan bahwa banyak yg leluhur/arwah yg lain hadir sampai aku sendiri hanya ingin mepet di tembok dan tidak ingin melihat kebelakang. Setelah acara, di adakan acara mandi kembang di belakang kelenteng, aku hanya ingin menunduk, berdoa dan lalu mengeringkan diri waktu menandakan jam 2 malam keluargaku pamit pulang tidak lupa bawa air kembang juga, sepanjang perjalanan aku kedinginan dan terngantuk-ngantuk seperti yang di katakan dewa ibuku menepi membeli kelapa muda di pinggir jalan. Aku resah aku hanya ingin pulang walaupun tidak ada tempat aman untukku tapi dipinggir jalan malah lebih buruk untukku. Sesampainya dirumah aku ganti baju, cuci tangan & kaki, lalu tidur di kamar bawah. Keesokan harinya orang tua aku rombak kamar tidurku sesuai yg di katakan dewa, sejak saat itu aku tidak pernah naik ke lantai 2 selama belasan tahun. 

Part. 2 Sekolah di Jakarta

1 comment: